Kamis, 20 Desember 2012

Nama-nama Cantik dalam islam

Nama-nama Cantik dalam Islam
#NAMA-NAMA ISLAM Untuk ANAK Perempuan:
Afifa                      : jujur, tegak
Bilqis                      : nama ratu Sheeba yang menjadi Muslim di waktu Salomo
Durriyah               : cemerlang
Daria                      : mengetahui, pintar
Dila                         : pikiran
Eiliyah                   : satu yang indah untuk bertumbuh dalam damai dan cinta dengan Allah
Erum                     : Surga
Farah                     : kebahagiaan
Faiqa                     : luar biasa, dibedakan, unggul
Husna Farisah    : Yang lawa, cantik & pengemudi mahir
Liyana Zahirah   : Kelembutan & yang cantik berseri




#Nama Nama Islam untuk anak Lelaki:
Abbasy: Rajin berusaha                                                                                                                      

Senin, 17 Desember 2012

VERB


PEMBAHASAN
VERB (KATA KERJA)
Verb (kata kerja) adalah suatu kata yang menunjukkan nama, perbuatan, tindakan, kegiatan, atau apa yang dilakukan, dan dapat juga menyatakan bentuk/wujud (state of being). Jadi kata kerja sifatnya melakukan tindakan atau kegiatan (action word : to read, to write, to bring, dll).
Contoh :
A.Action Verbs
a)      I write a letter
b)      We buy some milk every morning
c)      My father reads magazine today
B.State of being Verbs
a)      He is a teacher
b)      She is a nurse
c)      They are students

I.KINDS OF VERBS
Kata kerja dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok utama yaitu transitive, intransitive, dan linking verbs.
a.  Transitive Verbs (Kata kerja transitif)
Transitive verbs adalah kelompok kata kerja yang menentukan objek apabila digunakan dalam kalimat aktif. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain :
answer      (menjawab)
ask*         (meminta)
begin        (memulai)

borrow       (meminjam)
bring*         (membawa)
Contoh:
I answered the questions
Catatan:
Tanda (*) menunjukkan kata kerja transitif yang dapat diikuti dua objek: Direct Object dan Indirect Object.
Contoh
I will ask Wiwi (indirect) a question (direct)
b.  Intransitive Verbs (Kata-kata kerja intransitive)
Kata kerja intransitive adalah kelompok kata kerja  yang tidak membutuhkan objek dalam kalimat. Kata-kata kerja tersebut antara lain:
ache                 (merasa sakit)
answer             (menjawab)
begin                (memulai)
clap                  (menepuk)
study                (belajar)

Contoh:
We study together

c.   Linking Verbs
Linking verbs adalah sekelompok kata yang tidak suatu kegiatan melainkan ia semata-mata berfungsi sebagai penghubung antara subjek dan kata benda (noun), kata ganti (pronoun), kata sifat (adjective) yang membicarakan tentang subjek. Kata-kata yang termasuk dalam kelompok ini adalah  : Be(am, is, are, was, were, been, being), feel, look, become, grow, seem, appear, remain, stay, taste, sound, dll.

Contoh:
We don’t feel happy today.
My grandma looks very sleepy.

d.  Regular Verbs (Kata-kata kerja beraturan)
Regular verbs adalahkata-kata kerja yang bentuk past tense dan past participle nyadibentuk dari kata kerja dasar (infinitive) + ED.


Contoh :
act                  acted                    acted                   bertindak
answer           answered              answered             menjawab
arrive              arrived                 arrived                 tiba
borrow           borrowed             borrowed            meminjam
visit                visited                   visited                  mengunjungi

e.  Irregular Verbs (Kata-kata kerja tak beraturan)
Irregular verbs adalah kata-kata kerja yang bentuk past tense dan past participle nya dibentuk dengan mengubah vokal bagaian dalam infinitive.
Contoh :
arise              arose               arisen                 timbul
begin             began              begun                 memulai
bring             brought            brought              membawa
see                saw                 seen                   melihat
sell                sold                 sold                    menjual

f.   Auxiliary Verbs (Kata kerja pembantu)
Auxiliary verbs adalah kelompok kata kerja yang berfungsi sebagai pembantu kata kerja dalam suatu kalimat. Seperti be (am, is, are, was, were, being, been), do, does, did, have, has, had, can, could, will, would, shall, should, dll.
Contoh :
-You are a good studend
-I will write a letter
-Could we write here?

II. INFINITIVE (BENTUK KATA KERJA DASAR)
                Ada dua jenis infinitive dalam bahasa Inggris, yaitu :
     Infinitive with “to”          : adalah kata kerja murni yang sebelumnya ada “to”.
     Infinitive without “to”     : adalah kata kerja murni yang tidak memakai “to” sebelumnya.
a.  Infinitive with “to”
Infinitive with “to” mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1.Sebagai subjek (pokok kalimat), infinitive sebagai subjek letaknya persis di awal kalimat. Setelah itu diikuti predikat.

   Contoh :
   -To teach is a noble duty
   -To learn another language is a difficult job

2. Sebagai pelengkap pokok kalimat, letak infinitive sebagai pelengkap persis setelah “to be”     yang mengandung arti “adalah”.
     Contoh :
       -My goal is to get good grade
       -My daily activity is to help my parents at home.
3. Sebagai objek langsung dari kata kerja tertentu.
    Contoh :
     -I can’t afford to buy a new house.
     -My friend has agreed to live with me.
4. Sebagai pelengkap objek, setelah verb + noun/pronoun.
    Contoh :
     -The doctor advised me to stop smoking.
     -He alwaya reminds me to take a good rest.
     Catatan:
      Ada beberapa “kata kerja tertentu” yang tidak mutlak diikuti oleh Noun/Pronoun.
      Contoh;
       1.-I have asked to see the doctor.
           -I have asked my friend to see the doctor.
       2.-My roommates want to help the poor.
           -My roommates want me to help the poor.
       Kata kerja tertentu yang tergolong dalam catatan ini adalah ask (menyuruh, meminta untuk), beg (meminta), need (membutuhkan), prefer (lebih suka), promise (berjanji), choose (memilih), expect (berharap), want (mau), wish (menginginkan), like (suka).
       Kata “expect, hope, need, promise, want, dan wish”, dapat juga menunjukkan “future time” namun dalam bentuk present.
5. Sebagai adjective (menerangkan kata benda).
    Contoh:
    -We must have a house to live.
    -football is the most interesting play to watch.
6. Sebagai adverb (menerangkan kata kerja), infinitive yang  menerangkan kata kerja      dapat menyatakan berbagai arti, yaitu menyatakan suatu “tujuan” dan sebab-akibat.



     Contoh:
      a.Yang menyatakan “tujuan” :
          -My friends went to Australia to learn English.
         -They come here to learn Indonesian.
      b.Yang menyatakan “sebab-akibat” :
         -My mother laughed to hear you sing.
         -He smiled to see the beautiful girl.
7. Infinitive menerangkan kata sifat, kebanyakan menunjukkan suatu perasaan batin, seperti senang, susah, cemas, takut, dsb. Kata sifat yang sering dipakai sebelum “infinitive to” adalah :
    able              (dapat)
    afraid            (takut)
    anxious         (khawatir)
    annoyed        (jengkel)
    surprised       (heran)
    Contoh:
    -He was annoyed to hear the noisy.
    -Jhon is surprised to find you here.
8. Infinitive dipakai bersama too, enough, dan only, infinitive yang dipakai bersama-sama kata too mempunyai arti “terlalu… (sehingga) tidak dapat … “. Infinitive yang dipakai bersama kata enough mempunyai arti “cukup … untuk “. Dan infinitive yang dipakai bersama kata “only” menunjukkan suatu “kesudahan yang mengecewakan”.
     Contoh :
     -The tree is too tall to climb.
     -Amir is rich enough to keep a car.
     -My friend came to my house only to disturb me.
9. Infinitive dipakai secara independent (berdiri sendiri), infinitive yang dipakai secara berdiri sendiri dimaksudkan untuk menimbulkan perhatian atau menekankan maksud tertentu. Infinitive yang berdiri sendiri ini selalu diletakkan pada awal kalimat.
    Contoh:
 -To be short, she doesn’t want to go to school.
   -To hear Ani talk, you would think she was a great scholar.
10.Infinitive didahului oleh “question words”, digunakan untuk menyatakan pertanyaan atau keraguan.

     Contoh:
                 -The doctor explains how to control our health.
                 -He doesn’t know to drive a car.
      b. Infinitive without “to”
               Infinitive without “to” atau infinitive yang tidak memakai “to” disebut juga kata kerja murni, dan digunakan dalam berbagai situasi.
 1.Setelah modal auxiliaries.
Contoh: -You may come to my house at my house.
             -I could be a good chess player if I wanted to.
2.Setelah kata bantu “do”, kata do di sini hanya berfungsi sebagai kata bantu yang digunakan dalam kalimat negative dan interrogative. Jika digunakan pada kalimat negative, maka letaknya sesudah subject, tapi jika digunakan dalam kalimat interrogative, maka letaknya di awal kalimat.
                Contoh: -She doesn’t want to help her neighbor.
                             -Do they disturb you?
            3.Setelah kata yang berkenaan dengan indra manusia.
               Contoh: -We heard Anita sing yesterday.
                            -They felt the earth tremble.
            4.Setelah kelompok kata tertentu, di antaranya adalah :
               had best (better)            =sebaiknya, lebih baik
               would rather                  =agak, lebih suka
               would rather … than     =lebih suka … dari pada
               cannot but                    =tidak bias tidak
               do nothing but              =tak lain hanya
               Contoh :
               -You cannot but help me.w
               -I could do nothing but finish my thesis.
III.VERB BUILDING (PEMBENTUKAN KATA KERJA)
            Untuk membuat kata kerja (verb) dari jenis kata lain ada cara tersendiri, antara lain sebagai berikut :

1.Dengan menambahkan – ATE pada kata benda.
   Noun                 Verb               Arti
   Facility              facilitate          memudahkan
   luxury                luxuriate          menikmatkan diri
2.Dengan menambahkan –EN/-EM pada kata benda.
   Noun                  Verb                            Arti
   slave                  enslave            memperbudak
   Body                  embody           mencakup
3.Dengan menambahkan –IFY pada kata benda.
   Noun                         Verb                            Arti
   Beauty                      beautify                       mempercantik
    person                     personify                     mempribadikan
4.Dengan menambahkan –IZE/-TIZE pada kata benda.
   Noun                         Verb                            Arti
   drama                      dramatize                    mendramakan
   item                          itemize                                    merinci
5.Pembentukan lain.
   Noun                         Verb                            Arti
   Friend                       befriend                     berkawan
   knowledge                acknowledge               mengakui
   prison                                   imprison                      memenjarakan
6.Dengan menambahkan –EN pada akhir kata sifat (adjective).
   Adjective                  Verb                            Arti
   bright                       brighten                      menjadi terang
   dark                          darken                         menggelapkan
7.Dengan menambahkan –EN pada awal kata sifat.
   Adjective                  Verb                            Arti
   large                         enlarge                        memperluas
   rich                           enrich                          memperkaya
8.Dengan menambahkan –EM pada awal kata sifat.
   Adjective                  Verb                            Arti
   bitter                                    embitter                      menyakitkan
   purple                       empurple                    membuat warna ungu
9.Dengan menambahkan –DIS pada awal kata kerja dan mengandung pengertian yang berlawanan.



   Verb                         Verb                            Arti
   Arrange                    disarrange                   merombak
   like                           dislike                          tak suka
10.Dengan menambahkan –UN pada awal kata kerja.
     Verb                       Verb                            Arti
     cover                      uncover                       membuka penutup
     pack                        unpack                         membuka bungkusan
11.Dengan menambahkan –MIS pada awal kata kerja sehingga mengandung arti “salah”.
     Verb                       Verb                            Arti
     count                      miscount                     salah hitung

12.Kata-kata kerja yang juga dapat digunakan sebagai kata benda tanpa mengalami perubahan             bentuk.
     Address(mengalamatkan, alamat)                        cry             (menangis, tangisan)
     answer  (menjawab, jawaban)                             dress          (berpakaian, pakaian)
     blame     (menyalahkan, kesalahan)                      laugh          (tertawa, tawa)
     call        (memanggil, panggilan)                           rest             (beristirahat, istirahat)
    cause       (menyebabkan, sebab)                         smile           (tersenyum, senyuman)

Kamis, 29 November 2012

Nama-nama lain Al-fatiha


·  Al-Fatihah (Pembukaan) berarti bahwa surah ini merupakan kunci pembuka seluruh pokok-pokok masalah al-Quran
·  Ash-Shalat (Shalat/Sembahyang) berarti bahwa surah ini merupakan doa yang lengkap lagi sempurna dan menjadi bagian tidak terpisahkan dari sembahyangnya orang islam.
·  Al-Hamd (Puji-pujian) berarti bahwa surah ini menjelaskan tujuan agung kejadian manusia dan mengajarkan bahwa hubungan Tuhan dengan manusia adalah hubungan berdasarkan kemurahan dan kasih sayang.
·  Ummul Quran (Ibu Al-Quran) berarti bahwa surah ini merupakan intisari seluruh al-Quran yang dengan ringkas mengemukakan semua pengetahuan yang menyangkut perkembangan akhlak dan kerohanian manusia.
·  Al-Quranul Azhim (Al-Quran Agung) berarti bahwa meskipun surah ini terkenal sebagai ummul Kitab dan Ummul Quran, namun tetap merupakan bagian Kitab Suci itu dan bukan bagian terpisah dari al-Quran.
·  As-Sabul Matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang) berarti bahwa Ketujuh Ayat pendek Surah ini sungguh-sungguh memenuhi segala keperluan rohani manusia. Nama itu berarti pula bahwa surah ini harus diulang dalam tiap-tiap rakaat sembahyang.
·  Ummul Kitab (Ibu Kitab) berarti bahwa doa dalam surah ini menjadi sebab diwahyukannya ajaran al-Quran.
·  Asy-Syifa (Penyembuh) berarti bahwa surah ini memberi pengobatan terhadap segala keraguan dan syak yang biasa timbul dalam hati.
·  Ar-Ruqyah (Jimat atau Mantera) berarti bahwa Surah ini bukan hanya doa untuk menghindari penyakit tetapi juga memberikan perlindungan terhadap syaitan dan pengikut-pengikutnya, dan menguatkan hati manusia untuk melawan mereka.
·  Al-Kanz (Khazanah) berarti bahwa surah ini suatu khazanah ilmu yang tiada habis-habisnya

Rabu, 28 November 2012

perubahan, pergeseran, dan pemertahanan bahasa


PERUBAHAN, PERGESERAN, DAN PEMERTAHANAN BAHASA
Bahasa dapat berubah karena adanya perubahan menyangkut mengenai bahasa sebagai kode, dimana sesuai dengan sifatnya yang dinamis, dan sebagi akibat persentuhan dengan kode-kode lain. Pergeseran bahasa menyangkut masalah mobitas penutur dimana sebagai akibat dari perpindahan penutur atau para penutur itu sendiri yang menyebabkan terjadinya pergeseran itu. Sedangkan pemertahanan bahasa lebih menyangkut masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa-bahasa lainnya.
A.    Perubahan Bahasa
Terjadinya perubahan bahasa tidak dapat diamati, sebab perubahan itu, sudah menjadi sifat hakiki bahasa, berlangsung dalam masa waktu relative lama, sehingga tidak mungkin diobservasi oleh seseorang yang mempunyai waktu relative terbatas. Namun yang dapat diketahui adalah bukti adanya perubahan bahasa itu. Namun adapula bahasa yang dapat diikuti perkembangannya sejak awal yakni bahasa Inggris, Arab, Indonesia, Melayu, dan bahasa Jawa, sebab bahasa-bahasa tersebut memiliki dokumen-dokumen tertulis. Tapi banyak bahasa lain yang tidak mengenal tradisi tulis dan tidak mempunyai dokumen apa pun. Adapun bukti adanya perubahan bahasa dalam bahasa inggris dapat kita lihat dari Fromkin dan Rodman. contoh bahasa inggris kuno dari abad ketujuh berikut yang dikutip dari Caedmon’s Hymn, serta bandingkan terjemahannya dalam bahasa inggris modern :
Nu sculon herian heofon-rices weard
( now we must praise heaven-kingdom’s Guardian )
Metodes meahte and his mod-ge panc
( the creator’s might and his mud-plans )
Contoh berikut adalah bahasa inggris pertengahan, yang dingunakan sekitar 1100 sampai 1500, di kutip dari  The Canterburry Tales  karya Chaucer :
Whan that Aprille with his shoures soate
( when April with its sweet showers  )
Berikut ini contoh bahasa inggris dari masa menjelang zaman pujangga Shakespeare :
Know ye this man ?
( Do you know  this man ? )
Selanjutnya contoh bahasa inggris dari abad ke-16, yang dianggap sebagai awal permulaan bahasa inggris modern, dikutip dari Shakespeare:
            The summoning of everyman called it is
            That of our lives and ending shows
            How transitory we be all day  
Contoh-contoh diatas menunjukkan telah terjadi perubahan dalam sejarah perkembangan bahasa inggris. Namun, bagaimana proses perubahan itu terjadi adalah tidak dapat diamati. Pembagian bahasa inggris menjadi bahasa inggris kuno, bahasa inggris pertengahan, dan bahasa inggris modern sebenarnya penentuan masanya bersifat relatif, sebab sebagaimana sudah disebutkan perubahan itu  tidak terjadi pada satu “titik” waktu tertentu, melainkan merupakan proses yang panjang.[1]
Perubahan bahasa lazim diartikan sebagai adanya perubahan kaidah, entah kaidahnya itu direvisi, menghilang, atau munculnya kaidah baru, dan semuanya itu dapat terjadi pada semua tataran linguistic: fonologi, morfologi, sintaksis, semantic, maupun leksikon.
1)      Perubahan Fonologi

            Perubahan bahasa dapat terjadi dalam fonologi. Bahasa inggris modern tidak mengenal bunyi velar frikatif /x/. Padahal dalam bahasa inggris kuno bunyi itu ada. Misalnya pada kata (night) dulu dilafalkan (nixt), dan kata (saw) dulu dilafalkan (saux). Ini menjadi bukti adanya perubahan. Perubahan fonologis dalam bahasa Inggris ada juga yang berupa penambahan fonem. Bahasa inggris kuno  dan pertengahan tidak mengenal fonem /z/. lalu ketika terserap kata-kata seperti azure, measure, rouge dari bahasa prancis, maka fonem /z/ tersebut ditambahkan dalam khazanah fonem bahasa inggris. Perubahan bunyi dalam sistem fonologi bahasa indonesiapun dapat kita lihat. Sebelum berlakunya EYD, fonem /f/, /x/, dan /s/ belum dimasukan dalam khazanah fonem bahasa Indonesia; tetapi kini ketiga fonem itu telah menjadi bagian dalam khazanah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia lama hanya mengenal empat pola silabel, yaitu V, VK, KV, dan KVK; tetapi kini pola KKV, KKVK, KVKK telah pula menjadi pola silabel dalam bahasa Indonesia.[2]

2)  Perubahan Morfologi

Perubahan bahasa dapat juga terjadi dalam bidang morfologin yakni dalam proses pembentukan kata. Umpamanya, dalam bahasa Indonesia ada proses penasalan dalam proses pembentukan kata dengan prifeks me-  da pe-. Kaidahnya adalah: (1) apabila kedua prifeks itu diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /I/, /r/, /w/, dan /y/ tidak ada terjadi penasalan; (2) kalau diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /b/ dan /p/ diberi nasal /m/; (3) kalau diimbuhkan pada kata yanmg dimulai denga konsonan /d/ dan /t/ diberi nasal /n/; (4) kalai diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /s/ diberi nasal /ny/; dan bila diimbuhkan pada kata yang dimulai dengan konsonan /g/, /k/, /h/, dan semua vocal diberi nasal /ng/.[3] Kaidah ini susah diterapkan ssetelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata yang bersuku satu dari bahasa asing, seperti kata sah, tik, dan bom. Menurut kaidah diatas jika ketiga kata itu diberi prefix me- dan pe- tentu bentuknya harus menjadi menyah(kan), menik, dan membom; dan penyah, penik, dan pembom. Tetapi dalam kenyataan bahasa yang ada adalah bentuk mensah(kan) atau mengesah(kan), mentik atau mengetik, membom atau mengebom. Jadi, dalam data tersebut telah terjadi penyimpangan kaidah. Namun, alomorf menge- dan penge- diakui ssebagai dua alomorf bahasa Indonesia untuk morfem me- dan pe-. Ini merupakan satu bukti adanya perubahan besar dalam morfologi bahasa Indonesia.

3)      Perubahan Sintaksis

Perubahan kaidah sintaksis dalam bahasa Inggris dapat kita lihat. Contoh mengenai perubahan kaidah sintaksis dalam bahasa inggris. Urutan kata (word order) dalam bahasa inggris kuno tidak terlalu penting, sebab ada penanda (merker) untuk menyatakan nomina subjek dan nomina objek. Contoh kalimat bahasa inggris kuno berikut yang semuanya bermakna “the man slew the king” (orang itu membunuh raja).

Se man slok thone kyning
Thone kyning slok se man
Se man thone kyning slok
Thone kyning se man slok
Slok se man thone kyning
Slok thone kyning se man

Se adalah artikel definit yang hanya digunakan untuk nomina  subjek, dan thone adalah artikel definit yang hanya dipakai untuk nomina objek. Kalau susunan kalimat-kalimat di atas diterjemahkan kata demi kata ke dalam bahasa ingggris modern susunannya akan menjadi:

            The man slew the king
            The king slew the man
·         The man the king slew
·         The king the man slew
·         Slew the man the king
·         Slew the king the man

Dari kalimat di atas hanya kalimat pertama yang maknanya sama dengan kalimat-kalimat bahasa inggris kuno di atas. Kalimat kedua maknanya sudah berubah. Sedangkan empat kalimat berikutnya menurut kaidah bahasa inggris modern tidak grammatical, atau menyalahi kaidah gramatikal yang berlaku sekarang.

4)      Perubahan Kosakata

            Perubahan bahasa yang paling mudah terlihat adalah pada bidang kosakata. Perubahan kosakata dapat berarti bertambahnya kosakatanya baru, hilangnya kosakata lama, dan berubahnya makna kata. Bahasa inggris yang diperkirakan memiliki lebih dari 60.000 kosakata adalah “berkat” penambahan kata-kata baru dari berbagai sumber bahasa lain, yang telah berlangsung sejak belasan abad yang lalu. Sedangkan bahasa Indonesia yang kabarnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki sekitar 65.000 kosakata (dalam kamus poerwadarminta hanya terdapat 23.000 kosakata) adalah juga berkat tambahan berbagai sumber, termasuk bahasa-bahasa asing dan bahasa-bahasa nusantara.
            Penambahan kata-kata baruselain dengan cara menyerap dari bahasa lain, dapat juga dilakukan dengan proses penciptaan. Misalnya, kata Kleenex dalam bahasa inggris dibentuk dari kata clean. Juga dari nama-nama produk atau merek dagang seperti Kodak, nylon, Dacron, dan orlon. Pemendekan dari kata atau frase yang panjang dapat juga membentuk kosakata yang baru, seperti nark, untuk narcotics agent, tec atau dick untuk detective, prof  untuk professor.
5)  Perubahan semantik
Perubahan semantik yang umum adalah berupa perubahan pada makna butir-butir leksikal yang mungkin berubah total, meluas atau menyempit. Perubahan yang bersifat total, maksudnya, kalau pada waktu dulu kata itu, misalnya, bermakna ‘A’, maka kini atau kemudian menjadi bermakna ‘B’. contohnya, kata bead dalam bahasa inggris aslinya bermakna “doa, sembahyang”, tetapi kini bermakna “tasbih, butir-butir tasbih”. Dalam bahasa Indonesia kita dapati contoh, kata pene dulu bermakna “bulu (angsa)”, tetapi kini berarti “alat tulis bertinta”, ceramah dulu bermakna “cerewet, banyak bicara”, tetapi kini bermakna “uraian mengenai satu bidang ilmu”.
Perubahan makna yang sifatnya meluas (broadening), maksudnya, dulu  kata tersebut hanya memiliki satu makna, tetapi kini memiliki lebih dari satu makna. Dalam bahasa inggris kata holiday asalnya hanya bermakna “hari suci (yang berkenaang dengan agama)”, tetapi kini bertambah dengan makna “hari libur”.
Perubahan makna yang menyempit, artinya, kalau pada mulanya kata itu memiliki makna luas, tetapi kini menjadi lebih sempit maknanya. Contohnya, kata sarjana pada mulanya bermakna “orang cerdik, pandai”, tetapi kini hanya bermakna “orang yang sudah lulus dari perguruan tinggi”.
Wardhaught membedakan adanya dua macam perubahan bahasa, yaitu perubahan internal dan perubahan eksternal. Perubahan internal terjadi dalam bahasa itu sendiri, seperti berubahnya sistem fonologi, morfologi dan sintaksis. Sedangkan perubahan eksternal terjadi karena adanya pengaruh dari luar, seperti adanya penyerapan atau peminjaman kosakata, penambahan fonem dari bahasa lain, dan sebagainya.[4]

B.     Pergeseran bahasa
Sejak dilahirkan ke dunia ini, manusia mulai belajar bahasa. Sedikit demi sedikit, bahasa yang dipelajari sejak kecil semakin dikuasainya sehingga jadilah bahasa yang dipelajari sejak kecil itu sebagai bahasa pertamanya. Dengan bahasa yang dikuasainya itu manusia berinteraksi dengan masyarakat di sekitarnya.
Beranjak remaja, manusia sudah menguasai dua atau lebih bahasa. Semua itu diperoleh ketika berinteraksi dengan masyarakat atau ketika di bangku sekolah. Hal ini menyebabkan manusia menjadi dwibahasawan atau multibahasawan. Ketika menjadi dwibahasawan atau multibahasawan, ia dihadapkan pada pertanyaan, yaitu manakah di antara bahasa yang ia kuasai merupakan bahasa yang paling penting? Di saat-saat seperti inilah terjadinya proses pergeseran bahasa, yaitu menempatkan sebuah bahasa menjadi lebih penting di antara bahasa-bahasa yang ia kuasai. Pergeseran bahasa adalah sebuah peristiwa yang biasanya terjadi pada pelaku tutur yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan bahasa yang lain pula.[5]
Pergeseran bahasa biasanya terjadi di negara, daerah, atau wilayah yang memberi harapan kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Sehingga mengundang para pendatang. Secara sederhana pergeseran bahasa para penedatang terssebut dilukiskan dalam diagram berikut:
Monolingual (B-ib) => Bilingual Bawahan (B-ib – B2) => Bilingual Setara (B-ib – B2)  => Bilingual Bawahan (B2 – B-ib) => Monolingual (B2)
Pada tahap pertama para imigran masih bermmonolingual dengan bahasa ibunya. Ini terjadi ketika mereka baru saja datang. Setelah beberapa lama, pada tahap kedua, mereka sudah menjadi bilingual bawahan dimana bahasa ibu masih lebih dominan. Pada ukuran waktu berikutnya, seperti yang digambarkan pada tahap ketiga, bilingualism mereka sudah menjadi setara. Penguasaan B2 sudah sama baiknya dengan penguasaan bahasa ibu. Selanjutnya, pada tahap keempat mereka menjadi bawahan kembali, tetapi dengan penguasaan bahasa yang berbeda. Kini penguasaan terhadap B2 jauh lebih baik dari pada penguasaan terhadap bahasa ibu. Akhirnya, pada tahap terakhir, mereka menjadi monolingual B2. Bahasa ibu telah mereka tinggalkan.

C.     Pemertahanan bahasa
Dari pembahasan mengenai pergeseran bahasa dapat kita saksikan bahwa penggunaan bahasa ibu oleh sejumlah penutur dari suatu masyarakat yang bilingual atau multilingual cenderung menurung akibat adanya B2 yang mempunyai fungsi yang lebih superior. Namun adakalnya penggunaan B1 yang jumlah penuturnya tidak banyak dapat bertahan terhadap pengaruh penggunaan B2 yang lebih dominan. Untuk menjelaskan ini kita ambil laporan dari Sumarsono mengenai pemertahanan penggunaan bahasa melayu Loloan di desa Loloan,termasuk dalam wilayah kota Nagara, Bali. menurut Sumarsono, penduduk desa Loloan yang berjumlah sekitar 300 orang itu tidak menggunakan bahasa Bali, melainkan menggunakan sejenis bahasa Melayu yang disebut bahasa Melayu Loloang, sebagai B1-nya, dan mereka semua beragama islam. Ditengah-tengah B2 yang lebih dominan, yaitu bahasa Bali, mereka dapat bertahan untuk tetap menggunakan bahasa pertamanya, yaitu bahasa Melayu Loloan, sejak abak ke-18 yang lalu. Menurut Sumarsono, ada beberapa faktor penyebab mereka dapat bertahan, yaitu:
Ø  Wilayah pemukiman mereka terkonsentrasi pada satu tempat yang secara geografis agak terpisah dari wilayah pemukiman masyarakat Bali.
Ø  Adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali yang mau menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam berinteraksi dengan golongan minoritas Loloan.
Ø  Anggita masyarakat Loloan mempunyai sikap keislaman yang tidaak akomoditif terhadap masyarakat, budaya, dan bahasa Bali.
Ø  Adanya loyalitas yang tinggi dari anggota masyarakat Loloan terhadap bahasa Melayu Loloan, status bahasa ini yang menjadi lambing identitas diri masyarakat Loloan yang beragama Islam.
Ø  Adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu Loloan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya.
Berbeda terhadap bahasa Indonesia. Pemertahanan masyarakat Loloan terhadap bahasa Bali tidak sekuat dengan pertahanan mereka terhadap bahasa Indonesia. Kedudukan dan status bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, bahasa nasional, dan bahasa persatuan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada bahasa Bali menurut pandangan masyarakat Loloan. Dengan demikian, tampaklah bahwa pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Indonesia menjadi lemah. Banyak ranah sosial yang tadinya menggunakan bahasa Melayu Loloan dan bahasa Bali, kini menggunakan bahasa Indonesia, antara lain: ranah keluarga, ketetanggaan, kekariban, keagamaan, pendidikan, perdagangan, dan pemerintahan. Dari kasus penggunaan bahasa Melayu Loloan, bahasa Bali, dan bahasa Indonesia yang ter jadi pada masyarakat Loloan dapat disimpulkan bahwa:
Ø  Penggunaan bahasa B2 milik mayoritas oleh kelompok minoritas, sehingga warga minoritas menjadi bilingual, tidaklah selalu berakibat bergeser atau punahnya B1 milik kelompokminoritas. bilingual tidak selalu mengakibatkan pergeseran atau punahnya B1 milik kelompok minoritas.
Ø  Penggunaan B2 baru (dalam hal ini bahasa Indonesia) oleh kelompok minoritas juga tidak memunahkan B1, tetapi hanya menggeser banyak B2 lama (dalam hal ini bahasa Bali), yang telah lebih dahulu dikenal) dan beberapa peran B1.[6]















[1] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan awal. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hal.178

[2] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan awal. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hal.180

[3] Dedi Suryadi, perubahan, pergeseran dan pemertahanan bahasa (http://doctorseducati.blogspot.com/2011/06/ diakses pada 24 November 2012)

[4] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan awal. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hal.181-187

[5] Nur Hidayati, pergeseran dan pemertahanan bahasa (http://gebyarbahasa.blogspot.com/2011/04/ diakses pada 24 November 2012)


[6] Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan awal. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hal.193-195